Drop
Out, istilah ini tidak asing lagi terdengar di masyarakat karena memang hal ini
selalu terjadi dikalangan pelajar karena ulah mereka yang tidak mematuhi
peraturan sekolah. Sebagai orang terdidik melanggar peraturan memang hal yang
tidak pantas, namun namanya pelajar yang mana usia mereka berada pada usia
puber hal ini tidak bisa dpungkiri. Pada usia ini pula pelajar sedang masanya
‘aku’. Pada umumnya remaja pada usia puber ini butuh bimbingan dalam bertindak,
karena mereka belum berfikir jauh kedepan.
Kenakalan remaja pada usia ini
sangat meningkat karena mereka sangat mudah dipengaruhi dan tidak mempunyai
komitmen dalam bertindak. Siapa yang bisa membimbing mereka dan mengawasi
mereka?? Jawabannya tentulah orang tua mereka sebagai lingkungan terdekat mereka,
namun tidak semua orang tua dapat melakukan hal tersebut secara penuh
dikarenakan kebutuhan ekonomi dan kesibukan lainnya. Maka masalah ini
seharusnya diambil alih oleh guru mereka di sekolah.
Guru
sebagai pendidik juga harus memahami
keadaan siswa yang seperti ini dan harus punya metode-metode handal untuk
melumpuhkan mereka dari kenakalan yang kita takutkan. Sayangnya sekolah selaku
lembaga pendidikan tidak mampu menangani siswa yang seperti ini buktinya mereka
didrop out
dari sekolah. Yang jadi pertanyaan siapa yang akan mengajarkan mereka setelah
di DO?? Sedangkan orang tua mereka sibuk untuk memenuhi kebutuhan hidup,dan sekolah mengeluarkan
mereka. Dimana lagi mereka bisa belajar?.
Lembaga
pendidikan bukan hanya tempat menuntut ilmu yang secara formal seperti
Geografi, Ekonomi, Biologi dan Kimia tapi juga tempat belajar etika/akhlak. Harapan satu-satunya
adalah guru yang bisa mengajarkan kepada para siswanyatentangbagaimanberetika/berakhlak yang baik, namun
para Guru pun menyerah. Pertanyaannya lagi, siapa yang akan mengajarkan mereka?. Menunggu malaikat dari langit yang akan
menunjukan kepada mereka bagaimana etika yang baik. Tidak bakalan ada, harusnya
pemerintah yang memperhatikan hal ini, kenapahalini bisa terjadi? kalau memang
mereka tidak bisa dididik di sekolah asal mereka, kenapa tidak bikin suatu
lembaga khusus seperti rehabilitas yang melatih kedisiplinan tinggi kepada
mereka, sehingga akhlak mereka bisa berubah dan mereka tetap menempuh
pendidikan.Bukannyamereka didrop out dari sekolah.
Masalah drop out ini salah satu faktor
banyaknya penganggurandanpremanisme
di Indonesia yang semakin
meningkat karena banyaknya
anak yang belum tahu apa-apa putus sekolah dan mereka terpaksa cari nafkah sendiri,
kalau mereka punya keahlian tidak apa-apa mereka bisa cari lowongan kerja atau
buka usaha sendiri namun jika mereka tidak punya skillapa yang akanterjaditerhadapmereka.
Akan dijadikanapa negara kita kalau
setiap hari membuat kebijakan seperti ini. Bukankah pendidikan warga negara menjadi
tanggung jawab negara?? Dalam pembukaan UUD 1945 jelas dikatakan “mencerdaskan
kehidupan bangsa” buktinya mana?? Denganmendrop outdari sekolah.Untukmenyelesaikanmasalahkenakalanremaja
yang banyakterjadi di sekolahinikitaharusmelihatakarnyadulu,
kitalihatdarisistempendidikandandaritenagapendidiknya.System
pendidikansekaranginisangatlah ideal, menurut Bob Sadino
“Pendidikankitahanyamemindahkanisiotakpengajarkepadapesertadidik. Dan
kalauAndatanyaapaisiotakparapengajarkita? Isi otakmerekaitusampah!
Sampahinformasi, sampahteoridaribuku-buku”.Menurut Bob, seharusnyalahpara guru
danparapengajar bias memberikanlead,memimpin.
Dan sifatpemimpinituapa, tak lain dantakbukanadalahmemberikancontohmerekaharusmenjadirole model.Dari pernyataan Bob
Sadinotersebutdapatdisimpulkanbahwaapabilakitainginmengajarkankepadasiswabagaimanaberperilakubaikdanberetika,
yang jadipengajarnya pun harus orang beretika pula.
Inilah yang menjaditugaspemerintahdanpihaksekolahuntuklebihmemperhatikan
kurikulum pengajaran kepada mereka. Tentukan kurikulum apa yang cocokuntukpesertadidik yang
sedangmenempuhmasatransisiuntukmenujukedewasaanini.
Harusnya
pemerintahdanlembaga
pendidikan memahami psikologi siswa yang umurnya pada masa pubertas ini dimana
mereka belum tahu apa-apa dan masih butuh banyak bimbingan. Pasti ada solusi
lain untuk mendidik mereka dan memberikan efek jera selain didrop out dari
sekolah. Karena drop out ini sangat tidak efektif dilakukan, banyak kita lihat
anak-anak berkeliaran karena putus sekolah bukan karena faktor ekonomi tapi
karena didrop out.
Hal
ini juga banyak terjadi di kabupaten Kerinci, di perkirakan setiap tahun lebih
dari 30 siswa yang dikeluarkan dari sekolah. Kalau seperti ini akan dijadikan
apa kerinci, akan jadi apa pemuda kerinci besoknya. Tidak salah pada saat ini
banyak pegawai kerinci yang punya ijazah paket dan kuliah cepat S1 hanya 2
tahun sekian bulan, dari segi gelar oke!! Dari segi skill, jadi pertanyaan.....
Kita
sebagai generasi penerus kerinci yang diharapkan bisa memperbaiki hal ini,
sehingga kerinci tidak terus-menerus dalam keadaan yang sangat menyedihkan ini.
Banyak sekali pemuda kerinci yang putus sekolah karena mereka dianggap nakal
dan didrop out dari sekolah padahal
mereka belum tau apa-apa tentang kehidupan yang seharusnya. Harapan penulis
bersama dengan tulisan ini kita semua bisa bertindak untuk membuat perubahan
terhadap kerinci. Banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mengatasi hal ini,
salah satunya membuat sekolah khusus anak nakal dimana disekolah ini mereka
didik dengan sistem militer jadi mereka terbiasa hidup disiplin dan tidak
buang-buang waktu saja.
Kita tahu remaja adalah estafet
kepemimpinan bangsa, sebagai penerus bangsa ini. Kalau remajanya sudah tidak
berpendidikan lagi terus siapa yang kita harapkan untuk bisa menjadi estafet
bangsa ini.Harapan kami ini menjadi renungan dan perhatian kita bersama untuk membangunkerinci
yang lebih baik.
(dede)